KISAH PILU DI LAUTAN: IBU DARI MAUMERE DAN BAYI YANG TAK SAMPAI TUJUAN
Di bawah langit biru yang membentang luas, sebuah kapal laut mengarungi ombak dari Maumere menuju Kalimantan. Di antara penumpang yang ramai dan harapan yang dibawa dari kampung halaman, ada seorang ibu muda—asal Maumere, Paga—yang menatap jauh ke cakrawala, membawa dua buah hatinya dalam perjalanan merantau mencari kehidupan baru.
Anak pertamanya, masih kecil, duduk diam di samping sang ibu. Sedangkan bayi mungil berusia dua bulan itu tergolek tenang di pelukannya. Tak banyak yang tahu, betapa berat beban yang dipikul perempuan itu. Meninggalkan tanah kelahiran bukan perkara mudah, apalagi membawa dua anak, satu di antaranya masih merah, masih butuh kehangatan dan kenyamanan dunia yang baru dikenalnya.
Banyak yang mungkin bertanya-tanya: "Kenapa ibu ini membawa bayi sekecil itu merantau? Kenapa tidak menunggu sampai besar dulu?"
Namun siapa yang tahu isi hati seorang ibu? Siapa yang bisa menakar kekuatan tekadnya? Mungkin tak ada pilihan lain. Mungkin hidup di kampung tak cukup untuk menyambung hidup. Mungkin di seberang sana, di tanah Kalimantan, ada secercah harapan untuk masa depan anak-anaknya.
Namun rencana manusia tak pernah bisa melawan kehendak Tuhan.
Di tengah perjalanan, di atas gelombang laut yang menderu, bayi mungil itu menghembuskan napas terakhirnya. Suara tangisnya terdiam untuk selamanya, membuat hati sang ibu hancur berkeping-keping. Bayi yang ia bawa dengan penuh harap itu tak sempat merasakan tanah rantau.
Kapal pun bersandar bukan di tujuan akhir, tapi di pelabuhan Nusantara Parepare—tempat di mana sang ibu harus turun, bukan karena sudah sampai, tapi karena kehilangan yang tak terduga. Pelabuhan itu menjadi saksi bisu dari perpisahan paling menyakitkan: seorang ibu dan bayinya yang harus dimakamkan, bukan di tanah kelahiran, bukan pula di tanah harapan.
Turut berdukacita, Bunda.
Tak ada kata yang mampu menghapus luka.
Tak ada pelukan yang bisa menggantikan kehilangan itu.
Tapi kami bersaksi atas ketegaranmu.
Kami hanya bisa menangis bersamamu.
Semoga Tuhan memberi kekuatan untuk melanjutkan langkah.
Semoga anakmu tenang di sisi-Nya.
Dan semoga dunia mengenang kisahmu bukan dengan iba, tapi dengan hormat.
Karena seorang ibu, meski remuk hatinya, tetap berdiri untuk anak yang masih hidup, dan terus melangkah… meski harus membawa luka.