RIP Profesionalisme di RSU Soe, TTS.
Sedikit berbagi kesedihan.
Ini adalah ponakan kami yang lahir 2 hari lalu di Kota Kupang dengan baik. Tetapi,
Sabtu sang Ibu merasakan sakit dan berasa siap melahirkan, dibawa ke Puskesmas Besana dan mendapatkan penanganan, kemudian karena kondisi kesehatan kurang baik, Minggu pukul 00.30 sang Ibu bersama Suami dengan Ambulance dari Puskemas Besana, Mollo Barat, TTS, dirujuk menuju RSU Soe.
Di Soe, semua tindakan medis dilakukan dan oleh petugas kesehatan RSU menjamin sang Ibu dan anak baik-baik saja, dan diminta menunggu hingga bukaan sempurna untuk ditangani. Sepanjang hari minggu pelayanan di RSU terlihat biasa dan pasien dianggap baik2 saja (meskipun sebenarnya tidak dengan rujukan darah tinggi dan sel darah putih naik drastis). Keluarga sempt meminta dirujuk ke Kota Kupang, namun diabaikan. Karena keluarga meminta untuk lahir normal, pihak RSU terus memberikan obat perangs*ng untuk bisa segera lahiran. Sampai pada Senin sekitar 3 subuh, sang Ibu merasa bukaan sudah lengkap dan kemudian oleh mama sang Ibu, meminta suami dari Ibu untuk memanggil petugas, di tempat petugas, semua petugas sedang terlelap dan pulas di dinginnya kota Soe. Dua kali dibangunkan, mereka terbangun dan seperti mengumpulkan nyawa, sedikit lama berselang mereka akhirnya ke ruangan. Setelah diperiksa, mereka meminta bersiap karena segera menuju persalinan. Petugas kembali ke ruangan dan melanjutkan mimpi. Sampai jam 6 pagi, para petugas kemudian tidak melakukan tindakan, dan memproses rujukan ke Kupang dikarenakan peralatan operasi sedang rusak (mengapa tidak dari awal memberi rujukan ke Kupang?). Rujukan diproses dari jam 6 pagi hingga jam 11 siang, cukup lama. Keluarga bertanya, akan ke RS mana? Dijawab dengan Ketus, “Rumah sakit mana yang menjawab telpon na itu su.” Kesal memang, menghadapi petugas sombong macam itu.
Waktu semakin lama karena tidak ada petugas dari RSU yang bersedia ikut bersama pasien di ambulans, setelah hompimpa beberapa kali, mereka akhirnya mendapat petugas yang bersedia ikut. Sebelum berangkat mereka mengecek detak jantung bayi dan ibu lalu berkata, semua baik-baik saja. Perjalanan ke Kota Kupang dimulai, sepanjang perjalanan selang oksigen terlepas dari hidung sang Ibu tree tapi tidak diperbaiki petugas pedamping, mereka juga tidak begitu konsentrasi dengan kondisi sang Ibu. Sekitar pukul 1 siang, ambulans tiba dan langsung ditangani pihak RS Dedari (sangat cepat dan profesional). Sang bayi berhasil diambil dari rahim dan ternyata memang sudah keracunan cairan ketub*an, tidak dapat diselamatkan.
Dikonfirmasi bahwa, alat ukur detak jantung yang dipakai RSU Soe error dan tidak berfungsi normal. Alat bedah caesar yang rusak dan diberitahu saat bukaan sudah lengkap. Proses rujukan yang lama dan tidak serius. Petugas tertidur di saat pasien butuh penanganan.
Apakah RSU Soe hanya sekedar tempat menuju kematian dan bukan untuk kemudian selamat?
Karena kebanyakan pasien rujukan dari RSU Soe yang tiba di Dedari, dipastikan terjadi korban jiwa. Termasuk bayi kecil kami, Astan Abdi Bureni.
Ingin sekali kami menuntut RSU Soe, tetapi kami kembalikan kepada yang punya langit dan bumi.
Rest In Peace, Astan Abdi. We love you.
RSU Soe, REST IN PEACE.
Sumber ; Itho Bureni